Koksidiosis Pada Kelinci
Aurel Aulia Rahmadani
Nim 193221013
Koksidiosis Pada Kelinci
Deskripsi
Apakah
kalian tau penyakit Koksidiosis itu?, mari simak penjelasan berikut ini.
Koksidiosis
adalah jenis penyakit pada saluran pencernaan yang penyebabnya dari protozoa dan
secara umum bisa disebut dengan koksidia. Parasit ini dikelompokkan dalam
kategori Filum Apicomplexa, Kelas Sporozoa, Subkelas Coccidia, Ordo Eucoocidia,
Subordo Eimerina, Genus Eimeria (Soulsby, 1982). Koksidiosis merupakan kebanyakan
kasus umum yang terjadi pada kelinci. Kelinci tidak dapat terinfeksi koksidia
dari spesies lain, begitu juga sebaliknya, dikarenakan genus Eimeria bersifat
monoksenosa dengan spesifisitas hospes tinggi. Pada kelinci terdapat dua bentuk
koksidiosis yaitu bentuk hati disebabkan oleh Eimeria stidae dan koksidiosis
usus yang disebabkan oleh beberapa jenis Eimeria. Semua jenis koksidia memiliki
parasit hanya pada satu atau spesies hewan yang dekat, dari penjelasan tersebut
koksidiosis kelinci tidak berbahaya bagi jenis hewan peliharaan lainnya dan
bagi manusia.
Epidemiologi
Penyakit dapat masuk ke dalam tubuh bersama pakan
dan air dikarenakan tidak higenisnya apa yang diberikan. Parasit umumnya
memasuki tubuh kelinci ketika kelinci memakan kotoran pembawa infeksi. Infeksi
kelinci jika dalam fase menyusui dapat terjadi jika ookista terdapat pada
puting susu kelinci. Infeksi dapat meningkat dikarenakan media pemeliharaan
penuh dalam satu kandang, dengan pembersihan tempat yang kurang baik Pemberian
makan yang buruk dan lingkungan kandang yang tidak tepat lingkungan menyerang
kekebalan tubh dari kelinci tersebut, hal ini dapat menyebabkan wabah penyakit
dari kelinci ke kelinci lain. Penyebab koksidiosis lainnya dapat dibawa oleh
hewan pengerat (tikus, tikus), burung dan serangga. Juga. Terjadinya penyakit
ini kemungkinan besar di musim semi, ketika kelinci memakan dedaunan hijau yang
mengandung banyak air.
Gejala klinis
Gejala klinis pada kelinci
koksidiosis yaitu kelinci menunjukkan gejala berupa diare hebat dan feses atau
kotoran mengandung darah yang mengakibatkan dehidrasi, anemia, penurunan berat
badan, perkembangan yang buruk, penurunan perkembangbiakkan serta mortalitas. Setelah infeksi dengan infeksi selama 2-3 hari,
penyakit ini tidak berkembang dengan cara apa pun. Selama waktu ini, penyakit
melewati masa inkubasi. Kemudian, gejala klinis mulai berkembang.
Koksidiosis di usus kelinci, yang gejalanya berkembang cukup
cepat, dimulai dengan gangguan pencernaan akut, yang dapat diekspresikan dengan
diare atau diare dan sembelit yang bergantian. Dalam hal ini kelinci mengalami
kembung, kemungkinan adanya lendir berdarah ketika mengeluarkan feses. Kelinci
tidak mau makan dan menjadi lesu. Pada saat yang sama, mereka kehausan.
Kurangnya nutrisi menyebabkan kurangnya berat tubuh dan penurunan kualitas
bulu, yang menjadi kusam dan tidak rapi.
Durasi bentuk penyakit ini bervariasi dari satu hingga dua
bulan, Jika kelinci sembuh dengan sendirinya, ia tetap menjadi sumber infeksi
untuk waktu yang lama dan menimbulkan ancaman infeksi bagi individu lain.
Karena itu, disarankan untuk dipelihara secara terpisah dari yang lain.
Patologi
Infeksi hewan dengan patologi terjadi dengan
cara pencernaan hal tersebut penyebab koksidiosis memasuki lingkungan dan
kotoran hewan yang terinfeksi dan ada dalam bentuk ookista, yang sangat tahan
terhadap kondisi lingkungan.. Dengan kekebalan yang kuat dan kondisi hidup yang
baik, kelinci dalam hal ini menjadi pembawa infeksi tanpa menunjukkan
tanda-tanda penyakit.
Diagnosis
Kelinci yang menderita
Koksidiosis seringkali tidak menunjukkan gejala klinis yang spesifik, biasanya,
didiagnosa dengan cara mengamati gejala yang terlihat secara fisik (klinis) terlebih
dahulu dengan bantuan pemeriksaan feses yang mengukur secara kualitatif adanya parasit
ookista koksidia. Suatu hal yang menghubungkan antara pemeriksaan dengan
tingkat keparahan penyakit Koksidiosis pada ternak kelinci belum pernah
dilakukan. Memeriksa dengan mencari tahu jumlah ookista dalam feses kelinci,
cukup dengan setetes darah kelinci yang diambil dari vena telinga
(v.auricularis) kemudian diukur jumlah fibrinogennya. Dihitung dengan rumus
regresi linier yang sudah didapatkan, yang secara linier akan menentukan jumlah
ookista dalam fesesnya.
Dampak Penyakit
Penyakit ini berdampak pada peternak kelinci
terutama mudahnya penularannya dan pengobatan yang memerlukan waktu lama untuk
menyembuhkannya. Apabila penyakit berkelanjutan dapat mengakibatkan kematian sehingga
peternak kelinci dapat mengalami kerugian yang besar
Komentar
Posting Komentar