Penyakit CDV Pada Anjing

 

Nama: Devia Wahyu Setyarini

NIM: 193221034

Kelompok Raillietina echinobothrida



Penyakit CDV Pada Anjing

Abstrac

Anjing merupakan hewan kesayangan yang tergolong pet animal banyak dipelihara oleh manusia. Anjing banyak memberikan manfaat pada manusia salah satunya biasa menjadi teman, penjaga rumah dan ternak, pemburu, penyelamat, dan sebagai anjing pelacak di kepolisisan.Namun hewan kesayangan juga rentan terhadap penyakit yang dapat menyerang. Penyakit tersebut dapat berupa penyakit infeksius dan non infeksius. Canine distemper merupakan salah satu penyakit infeksius akibat virus yang bersifat multisitemik karena menyerang sistem pencernaan, respirasi dan sistem syaraf. Gejala klinis yang ditimbulkan bervariasi berdasarkan sistem organ target.

PENDAHULUAN

Deskripsi penyakit

Canine Distemper Virus (CDV) merupakan salah satu agen penyakit menular pada anjing. Penyakit distemper pada anjing merupakan penyakit viral yang menyerang multisistemik diantaranya sistem pernafasan, pencernaan, urinaria dan sistem syaraf pusat (Sitepu et al., 2013). Virus ini menyerang anjing pada semua jenis umur, namun resiko infeksi lebih besar pada anjing dengan umur muda (< 12 bulan). Hal ini menurut Suartha et al. (2008) terjadi karena pada umur ini terjadi penurunan antibodi maternal, tingkat stress yang tinggi pada masa pertumbuhan, dan serangan penyakit lain yang menurunkan kondisi tubuh. Virus distemper bersifat imunosupresif sehingga dapat melemahkan sistem imun dan menyebabkan agen infeksi lebih mudah masuk. Penyakit distemper memiliki angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi terutama pada populasi anjing yang tidak divaksinasi.

Epidemiologi

Penyakit Canine distemper virus (CDV) disebabkan oleh infeksi virus dari Genus Morbilivirus, family Paramyxoviridae. Agen CDV merupakan virus RNA beramplop (Lamb dan Kolafkofsky, 2001). Seperti virus berselubung lainnya, CDV dengan cepat dinonaktifkan di lingkungan. Penularan terutama terjadi melalui kontak langsung dari hewan ke hewan atau dengan paparan aerosol menular. Virus dapat dideteksi pada titer tinggi dari sekresi dan ekskresi, termasuk urin. Rentanan terkait usia terhadap infeksi (3–6 bulan anak anjing lebih rentan daripada anjing yang lebih tua) berkorelasi dengan penurunan kekebalan yang diturunkan dari ibu, karena anak-anak anjing muda dilindungi oleh kekebalan pasif dan sebagian besar anjing dewasa dilindungi oleh imunisasi vaksin. CDV adalah virus monotipik, seperti yang didefinisikan oleh antisera poliklonal, meskipun berbagai biotipe ada yang berbeda dalam pola patogennya.

Patologi

Secara patologi, anjing yang terinfeksi virus distemper dapat menyebabkan multisisemik infeksi. Penyebaran umumnya dimulai dari virus yang terinhalasi oleh oleh anjing. Penularan virus dapat terjadi melalui sekresi partikel virus secara aerosol maupun kontak langsung dengan hewan terinfeksi. Setelah infeksi aerosol, virus bereplikasi di makrofag dan sel limfoid saluran pernapasan bagian atas (Buragohain et al., 2017). Akhirnya penyebaran virus akan sampai pada permukaan epithelium (jaringan penutup permukaan dalam alat-alat tubuh yang berongga). Replikasi virus pada jaringan limfoid saluran pernafasan akan menyebabkan makrofag bermigrasi ke tonsil dan limfonodus pada bronkus (Beineke et al., 2009). Selanjutnya terjadi penyebaran ke jaringan limfoid dan hematopoietik seperti limpa, thymus dan sumsum tulang sehingga menyebabkan terjadinya limfopenia dan imunosupresi yang memicu terjadinya infeksi sekunder. Penyebaran virus secara sistemik dimediasi oleh sel yang terinfeksi, seperti limfosit, monosit, trombosit dan/atau terjadi melalui virus yang tidak terkait dengan sel, yang menyebabkan infeksi pada berbagai organ.

Gejala Klinis

Gejala klinis pada stadium awal infeksi distemper adalah anoreksia, demam, letargi, kehilangan berat badan, dehidrasi, eksudasi berlebih dari cavum nasal dan mata, batuk-batuk, kesulitan bernafas, pustule pada kulit dan abdomen, serta gastroenteritis. Menurut studi kasus Gurning et al. (2019), gejala klinis yang ditemui pada anjing penderita distemper adalah pada tubuh anjing ditemukan ulcer multifocal di lateral tubuh dan kaki belakang serta hyperkeratosis (penebalan) pada telapak kaki. Jika hewan dapat bertahan pada infeksi awal, maka setelah beberapa minggu hewan akan dapat menunjukkan gejala syaraf. Gejala syaraf yang ditemukan pada anjing adalah mengalami kejang-kejang pada extremitas cranial dan caudal, tidak mampu berdiri, tidak mampu menggerakkan kepala. Gejala syaraf pada infeksi distemper oleh aktivitas virus telah sampai pada syaraf pusat, dijelaskan oleh Suartha et al. (2008) kejang-kejang , tremor, paralisis, perubahan tingkah laku, chorea, gerakan mengunyah atau chewing gum, jalan melingkar dan akan berlanjut dengan kerusakan retina, perubahan warna kornea, serta penebalan kulit di daerah hidung dan telapak kaki.

Diagnosis

Peneguhan diagnosa terhadap anjing penderita Canine distemper virus dilihat berdasarkan anamnesa, gejala klinis dan pemeriksaan laboratorium. Secara pengamatan gejala klinis, penyakit distemper sering dikelirukan dengan penyakit lain. Cara lain yang dilakukan untuk mengetahui diagnosis penyakit distemper adalah pemeriksaan menggunakan test-kit, serum darah menggunakan kit, melacak antibody virus distemper menggunakan uji neutralisasi, presipitasi. Kapan sih harus menemui Dokter Hewan untuk Distemper Anjing? harus mengunjungi dokter hewan ketika anjing sudah menunjukkan tanda-tanda distemper anjing atau jika mengkhawatirkan kesehatan anjing anda. Distemper anjing sangat menular di antara hewan dan membutuhkan perawatan medis yang agresif, terlebih lagi anjing harus menemui dokter hewan jika: tidak tahu riwayat vaksin anjing, anak anjing berusia enam minggu dan siap untuk divaksinasi, anjing telah terkena hewan lain dengan distemper.

Dampak

Distemper anjing pada anak anjing serius dan seringkali berakibat fatal karena anak anjing lebih rentan terhadap infeksi virus. Anjing dewasa dapat pulih dari distemper anjing tetapi seringkali memiliki gangguan saraf atau saraf pusat yang berlangsung lama seperti: kejang, kedutan otot, kejang rahang, kerusakan saraf, kerusakan otak. Tanda-tanda ini mungkin tidak muncul sampai setelah pemulihan atau di kemudian hari.

Pencegahan penyakit

Pencegaham distemper anjing pada anjing kecil dan anjing dewasa melalui vaksinasi. Anak anjing dapat menerima vaksin distemper pada usia enam minggu dan kemudian setiap tiga hingga empat minggu hingga usia 16 minggu. Kekebalan dapat bertahan selama tiga tahun atau lebih, tetapi dokter hewan dapat merekomendasikan jadwal vaksin tertentu berdasarkan seberapa umum distemper di daerah Anda. Jika anjing tidak dapat divaksinasi, hindari anjing lain yang sakit atau yang mungkin terkena virus, bersihkan tempat tinggal anjing secara teratur. Meskipun ini mungkin tidak secara langsung mencegah distemper, mereka akan membantu menjaga anjing tetap sehat. Sebelum membawa anjing ke kennel asrama, pastikan anjing sudah divaksinasi dan sehat.

Kesimpulan

Rentanan terkait usia terhadap infeksi (3–6 bulan anak anjing lebih rentan daripada anjing yang lebih tua) berkorelasi dengan penurunan kekebalan yang diturunkan dari ibu, karena anak-anak anjing muda dilindungi oleh kekebalan pasif dan sebagian besar anjing dewasa dilindungi oleh imunisasi vaksin. Penyebaran virus secara sistemik dimediasi oleh sel yang terinfeksi, seperti limfosit, monosit, trombosit dan/atau terjadi melalui virus yang tidak terkait dengan sel, yang menyebabkan infeksi pada berbagai organ. Gejala klinis yang ditemui pada anjing penderita distemper adalah pada tubuh anjing ditemukan ulcer multifocal di lateral tubuh dan kaki belakang serta hyperkeratosis (penebalan) pada telapak kaki.Gejala syaraf pada infeksi distemper oleh aktivitas virus telah sampai pada syaraf pusat, kejang-kejang , tremor, paralisis, perubahan tingkah laku, chorea, gerakan mengunyah atau chewing gum, jalan melingkar dan akan berlanjut dengan kerusakan retina, perubahan warna kornea, serta penebalan kulit di daerah hidung dan telapak kaki. Distemper anjing sangat menular di antara hewan dan membutuhkan perawatan medis yang agresif, terlebih lagi anjing harus menemui dokter hewan jika: tidak tahu riwayat vaksin anjing, anak anjing berusia enam minggu dan siap untuk divaksinasi, anjing telah terkena hewan lain dengan distemper. Dampak Distemper anjing pada anak anjing serius dan seringkali berakibat fatal karena anak anjing lebih rentan terhadap infeksi virus. Pencegahan penyakit Pencegaham distemper anjing pada anjing kecil dan anjing dewasa melalui vaksinasi. Jika anjing tidak dapat divaksinasi, hindari anjing lain yang sakit atau yang mungkin terkena virus, bersihkan tempat tinggal anjing secara teratur.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rabies Pada Anjing

Penyakit Scabies Pada Kucing